KISI-KISI PARASITOLOGI
A.
Helmintologi
Medik
1.
Bentuk infektif &
diagnostic
a.
Lumbricoides:
larva.stad II, telur matang (dibuahi/tdk).
b.
Cacing
Tambang: larva filariform, telur dlm tinja.
c.
Filarial:
larva stad. III, mikrofilaria.
d.
F.
hepatica: metasekaria dlm tumbhn air, telur tak berembrio
e.
H.
Nana: telur berembrio.
2.
Cacing Filaria (I)
a.
Species yg ada
di Indonesia & nama penyakitnya:
Wuchereria bancrofti (nama penyakitnya
filariasis bankrofti) dan Brugia malayi (nama penyakitnya filariasis malayi).
b.
Stadium2 cacing &terdapatnya:
L1:
lambung nyamuk, L2’L3: otot toraks& kpla nymuk, L4’L5 (c.dewsa btina, jntn):
klnjar limfe manusia.
c.
Jenis2 periodisitas
& mikrofilarianya: noktuma : muncul dlm darah tepi pada malam hari. Dan
pd siang berada dlm kapiler organ2 dlm (viseral). Mikrofilaria: eosinofilik paru2 (tak bredar dlm darah),
mikrofilaria dlm peredaran darah.
d.
Hospes
definitive & perantaranya:
Definitif: manusia, perantara: nyamuk(W.
Bancrofti : Anopheles sp, Aedes sp, Culex quinguefasciatus) , (B.malayi:
Mansonia uniformis, Anopheles barbirostris).
3.
Cacing Filaria(II)
a.
Sampel &
cara diagnostic:
Sampel:darah mlm hari. Sediaan tetes
tebal u/ melihat grakan aktif microfilaria. Pnetapan spesies dgn pwarnaan
(giemsa/wright)
b.
Aspek klinik
W.Brancofti:
infeksi disbabkan c. dws/mikrofilaria, mnimbulkan limfadenopati
&limfangitis retrogard, dlm kondisi trtentu occult filariasis.
c.
Vector penularannya:
culex
quinguefasciatus, aedes sp, anopheles sp.
d.
Epidemiologi
W.Brancofti: ditemukan
dipedesaan maupun prkotaan. Trutama pdesaan, penyebaran brsifat local.
4.
Schistosoma Japonicum
a.
Stadium2 cacing:
telur,
mirasidium, sporokista I&II, serkaria.
b.
Aspek klinik: disebabkan oleh
jml c.dws yg bnyk & ektopik. Timbul klainan hati> fibrosis hati,
hepatosplenomegali & limfadenopati pd infeksi kronik. Gejala: gatal2, demam
tinggi, eosinofilia, diare, &disentri.
c.
Cara diagnosis: menemukan telur
yg khas dalam tinja/dlm jar.hati &rectum.
d.
Epidemiologi: endemic di
Sulawesi tengah, skitar danau Lindu dan Lembah Napu.
5.
Tania Solium
a.
Morfologi cacing
dewasa: cacing
dewasa: seperti pita, berwarna putih,panjang 2-4 m. tubuh terdiri dari skoleks,
leher, dan strobila, Skoleks berbentuk seperti bola dengan 4 batil isap.
Strobila tersusun oleh proglotid.
b.
Aspek klinik: Infeksi
disebabkan oleh cacing dewasa dan larvanya. Gejala klinik yang timbul
diantaranya iritasi ringan pada usus tempat perlekatan cacing, nyeri ulu hati,
sakit kepala, anoreksi, lemah, gejala abdominal samar-samar. Menyebabkan
peritonitis, obstruksi. Prognosis oleh cacing dewasa umumnua baik, prognosis
oleh sistiserkus buruk.
c.
Cara diagnosis: menemukan
telur dan cacing dewasa. Telur yang ditemukan digunakan untuk identifikasi
tingkat genus. Proglitid T. solium mempunyai cabang lateral uterus antara7-13,
T. saginata 15-20.
d.
Epidemiologi: Frekuensi tiap daerah berbeda. Berhubungan dengan kebiasaan penduduk mengkonsumsi daging babi,
adat keagamaan dan kesadaran higienik dan santasi yang kurang.
6.
Mencari alasan
a.
Untuk diagnosis
cacing tambang tidak cukup hanya dengan menemukan telur, karena dapat juga menemuka bentuk larva infektif dari hasil
biakan tinja (metoda HARADA-MORI)
b.
Pengambilan
sampel darah penderita filariasis dilakukan malam hari, karena mikrofilarianya bersifat periodesitas noktuma :
muncul dalam darah tepi pada malam hari. Dan pada siang berada dalam kapiler
organ dalam (viseral) .
7.
Gambar
diagramatik daur hidup:
a.
Filaria
(W.Brancofti)
b.
Schistosoma
Japonicum
c.
Tania
saginata
8.
Pengertian
a.
Perioditas
nokturna:
mikrofilaria terdapat di dalam darah tepi pada malam
hari.
b.
Anemia hipokhrom
mikrisiter:
Ukuran sel-sel darah merah
kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun
MCHC kurang ).
c.
Mikrofilaremia: salah
satu stadium pada patogenesis filariasis bankrofti.
d.
Serkaria: bentuk
infektif cacing Schistosoma
e.
Metaserkaria: bentuk
infektif dan bentuk kista cacing Fasciola sp.
f.
Proglotida gravid:
bentuk diagnostik dalam tinja di lingkungan dari Taenia solium
g.
Emlario
heksakant:
Larva yang memiliki 6 kait dan diselubungi oleh
lapisan dalam yg disebut embrifor, yang ada di dalam telur Taenia sp
h.
Skoleks: Skoleks merupakan bagian tubuh dari cestoda
yang dilapisi kutikula, berfungsi untuk melekat pada dinding usus dan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi spesies dalam genus Taenia.
B.
Protozoologi
Medik
1.
Pendahuluan (I)
a.
Pengertian
protozoa yang benar dan tepat, Protozoa
adalah hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel (monoseluler).
b.
Stadium-stadium
protozoa, Stadium kista dan stadium vegetative ( tropozoit / poliferatif).
c.
Dasar
klasifikasi protozoa, Protozoa diklasifikasikan berdasarkan
alat geraknya. Dibagi menjadi sporozoa, rizopoda, flagelata, dan ciliate
d. Macam-macam klas protozoa dan contoh spesiesnya, Sporozoa: Plasmodium vivax, P.
falciparum, P. malariae, P. ovale.
Rhizopodea : E. histolytica,
E. coli
Zoomastigophorea:
Giardia lamblia (A), Trichomonas vaginalis (A), Balantodium coli (B)
Ciliatea : Toxoplasma gondii
2.
Pendahuluan
(II)
a.
Cara reproduksi
protozoa dan contoh spesiesnya:
Seksual
: dengan pembentukan sel gamet. Contoh :
Belah
pasang : protozoa membelah menjadi dua dengan bentuk yang sama. Contoh :
amoeba, flagelata, dan ciliata.
Skizogoni
: protozoa membelah menjadi beberapa inti yang kemudian diselubungi
sitoplasma, membentuk merozoit.
Membentuk
kista : ekskistasi inti yang membelah menjadi kista. Tiap kista dapat
mengeluraka beberapa tropozoit baru. Contoh : amoeba,
Konyugasi
: penggabungan sementara.
b.
Penularan
(transmisi) protozoa:
Penularan prozoa dapat
secara langsung atau melaui makanan dan air setelah berada di luaara tubuh
hospes. Protozoa yang tidak memiliki bentuk kista penularannya melalui bentuk
tropozoitnya, dapat pula ditularkan melalui vektornya.
3.
Pendahuluan
(III)
a.
Patologi dan
gejala klinik protozoa, Infeksi terbagi menjadi
dua stadium yaitu stadium akut yang dapat berkembang menjadi stadium laten yang
menahun dan terkadang diselingi kambuh (relaps). Infeksi semula dapat berjalan
subklinik.
b.
Cara diagnosis: Menemukan parasit dalam tubuh traktus intestinalis
(misalnya amebiasis), dari bahan pemeriksaan berupa urin atau secret vagina
(trikomoniasis), dari darah dan jaringan (malaria). Sediaan dapat berupa apus
langsung, konsentrasi, pembiakan dan inokulasi, serta tes serologic pada
toksoplasmosis.
4.
E.histolytica
a.
Perbedaan bentuk
dan sifat bentuk histolytica dan bentuk minuta
Histolitika: Ukuran
20-40 mikron, Inti entameba terdapat dalam enoplasma.
Ektoplasma tampak bening dan
homogen.
Minuta: Ukuran
10-20 mikron,Inti entameba terdapat di dalam endoplasma yang berbutir
butir,Ektoplasma tidak nyata dan hanya tampak bila terbentuk pseudopodium.
b. Amebiasis intestinal: Amebiasis
usus/amebiasis kolon. Ditandai adanya radang usus besar yang disebut colitis
ulserosa. Akut : gejala jelas, tinja berlendir, bentuk histolitika mudah
ditemukan. Kronik : gejala tidak jelas, diare diselingi obstipasi, bentuk
histolitika sulit ditemukan.
c.
Diagnosis kolon
akut: Gejala diare berlangsung tidak lebih 10 kali sehari. Menemukan
bentuk histolitika dari E. histolytica dalam tinja.
d.
Diagnosis
Amebiasis hati:
Berat badan menurun, badan
lemah dan demam, anoreksi, hepatomegali. Pemeriksaan radiologic: tampak
peninggian diafragma. Pemeriksaan darah: lekositosis. Diagnosis lab : menemukan
bentuk histolitika dalam biopsi dinding abses atau aspirasi nanah abses.
Pemeriksaan serologic: hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.
5.
G.Lamblia
a.
Morfologi
tropozoit dan kista
Tropozoit/vegetative/proliferative
: seperti buah jambu monyet, bilateral simetrik. Anterior membulat,
posterior meruncing, dorsal melengkung.punya dua inti dan 4 flagel.
Kista
: bentuk oval, dinding halus dan tampak jelas, sitoplasma mempunyai
butir halus, yang letaknya terpisah dengan dinding kista. Kista muda punya 2
inti, kista matang punya 4 inti yang terletak di kutub.
b.
Patologi dan
gejala klinik:
Iritasi menyebabkan sekresi mukosa usus
meningkat,dapat menimbulkan gangguan absorpsi lemak. Menyerang saluran dan
kandung empedu, menyebabkan iritasi dan penebalan mukosa, penyumbatan
bilirubin. Biasanya infeksi tanpa gejala, keluhan sakit ulu hati, sakit perut
dan kembung. Kadang gejala diare, kolesistitis dan ikterus. Pada anak ditandai
enteritis akut atau kronik disertai diare. Pada infeksi lanjut kronik, gejala
utamanya masa tinja berlemak dan diselingi obstipasi. Keadaan akut ditandai
berak encer yang kering.
c.
Diagnosis:Menemukan bentuk vegetative dalam tinja encer atau
cairan duodenum. Kista ditemukan pada masa tinja yang padat.
d.
Epidemiologi: Menyebar
secara cosmopolitan terutama dari lingkungan keluarga besar. Penularan parasit
melalui makanan dan minuman atau dengan kontak langsung.
6.
T.Vaginalis
a.
Morfologi: tidak memiliki bentuk kista. Mempunyai 4 flagel anterior
dan 1 flagel posterior yang melekat pada membrane bergelombang. Sitoplasma
bergranula, aksostil dari aran anterior ke posterior. Ditularkan dalam bentuk
tropozoit.
b.
Cara infektif: Ditularkan
dalam bentuk tropozoit, melalui hubungan seksual, atau secara tidak langsung
melalui alat mandi.
c.
Patologi dan
gejala klinik,
Terjadi deskuamasi dan degenerasi sel epitel vagina.
Terdapat banayk leukosit dalam secret vagina karena seranagn leukosit. Fluor
albus. Saat melalui stadium akut gejalanya mulai berkurang. Secara klinik,
dinding vagina tampak berwarna kemerahan karena ptechiae.
d.
Cara diagnosis: Klinik
: keluhan keputihan, rasa pana, gatal pada vagian maupun vulva, sekret encer
berbusa serta berbau tidak enak. Terdapat lesi bekas garukan da hyperemia pada
vagina.
Laboratorium : menemukan parasit
dari bahan sekret vagina, uretra, prostat, dan urin.
7.
Malaria
a.
Spesies yang ada
di Indonesia:
Plasmodium vivax, P.
falciparum, P. malariae, P. ovale
b.
Distribusi
geografik: Ditemukan pada 60o LU – 32o LS. Dari daerah
rendah 400 m dpl (laut mati) – 2 600m dpl (Londiani di Kenya). Di Indonesia
penyakit malaria ditemukan tersebar dii seluruh kepulauan
c.
Morfologi dan
daur hidup:
Daur hidup meliputi fase
seksual eksogen (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. Dan fase
aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes vertebrata. Fase aseksual pada manusia
terjadi dua siklus yaitu siklus eritrosit dan siklus jaringan hati (skizogoni
eksoeritrosit).
d.
Perbedaan
morfologi P.vivax dan P.Falciparum: Pada infeksi P. valciparum
hanya mengalami satu generasi aseksual dalam hati sebelu memulai siklus
eritrosit, selanjutnya siklus jaringan hati tidak dilanjutkan lagi.
Pada
P. vivax terjadi siklus eksoeritrosit terus menerus sampai berlangsung bertahun
tahun untuk melengkapi perjalanan penyakit yang berlangsung sangat lama,
sehingga sering terjadi kekambuhan.
8.
P.falciparum
a. Morfologi
Perkembangan
aseksual dalam hati hanya mengalami fase erotrosit saja, tidak mengalami fase
eksoeritrosit yang dapat menimbulkan rekurens. Skizon dapat dilihat dalam hati
setelah hari keempat setelah infeksi. Bentuk cincin (tropozoit muda) parasit
ini sanga kecil dan halus, kadang terdapat du butir kromatin yag disebut double
chromatine. Bentuk pinggir dan bentuk accole dalam satu eritrosit.
b. Malaria
cerebral
Dimulai
secaralambat atau mendadak setelah gejala awal. Gejala berupa sakit kepala,
rasa mengantuk yang disususl keadaan koma dengan pupil mengecil dan reflex
hulang atau meninggi. Menyerupai gejala meningitis, epilepsy, delirium,
intoksikasi, sangat panas dan lain lain. Gejala ditimbulkan oleh sumbatan
kapiler pada susunan syaraf pusat oleh eritrosit yang mengandung parasit.
c.
Diagnosis
Menemukan
parasit stadium tropozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan gametosit
dalam sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam
kapiler otak dan alat alat dalam.
d. Criteria untuk mementukan
resistensi
9.
T.Gondii
a. Hospes
dan nama penyakit
Hospes
definitive : kucing dan hewan sejenisnya. Hospes perantara: manusia. Penyakit :
toksoplasmosis konginental dan akuisita.
b. Cara
infeksi
1. Penularan
parasi ke janin terjadi secara in utero melalui plasenta (ibu mendapat infeksi
waktu hamil)
2. Pada
toksoplasma akuisita hospes memakan daging mentak atau dimasak kurang sempurna
yang mengandung kista atau proliferative parasit atau menelan ookista yang
berasal dari tinja kucing.
3. Infeksi
dari laboratorium dari sampel dengan parasit hidup.
c.
Toksoplasmosis congenital
d. Diagnosis
Cairan
serebral : perubahan tidak khas, dipastikan bila kadar protein yang ada dalam
ventrikel tinggi
Darah
: lekositisis, lekopenia, lomfositosis, monositosis, trombositopenia, dan
eosinofilia. Tokso akut dipastikan dengan menemukan tropozoit dalam biopsy
otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal, dan ventrikel.
Kelenjar
limfe yang terinfeksi menunjukkan perubahan histologik yang khas tapi parasi
jarang ditemukan.
Tes serologic yang menunjang
: teswarna Sabin-Feldman.
10.
Pengertian
a. Kista
Bentuk
infektif parasit namun tidak aktif.
b. Endoplasma
Bagian
yang berada di dalam (diselubungi) oleh membrane plasma
c.
Amebiasis ekstra intestinal
Amebiasis
yang menyebar keluar usus.
d. Inti
kosentrik
Inti
terpusat di satu sisi
e.
Ekskistasi
Proses
keluarnya tropozoit dari kista
f.
Aksostil
alat
yang memanjang berupa batang di tenga-tengah badan yang terdapat pada beberapa
flagelata
g.
Membrane bergelombang
Selaput
yang terjadi karena flagella melingkari badan parasit. yaitu sebuah membran
yang dibentuk antara sebuah flagel dan kosta pada badan parasit.
h. Skizon
Skizon merupakan produk dari skizogoni
i.
Titik-titik Schüffner
Titik-titik halus berwarna merah muda (eritrosit pecah) yang
tampak dalam eritrosit yang terinfeksi.
1.
Gambar diagramatik daur hidup:
a.
Filaria (W.Brancofti)
b.
Schistosoma Japonicum
c.
Tania saginata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar